A. Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi

    Prasangka adalah Pikiran negatif terhadap sesuatu, biasanya prasangka bersumber dari suatu sikap. Sedangkan prasangka lebih menunjuk kepada suatu tindakan. Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan  pada pengalaman atau apa yang didengar
    Contohnya, Orang-orang Papua Nugini sebagai tetangga terdekat dari Indonesia,  pernah berprasangka bahwa warga Negara Indonesia  yang melintasi tapal batas Indonesia-Papua Nugini, diorganisasi oleh orang-orang Indonesia, dengan tujuan lebih jauh untuk ekspansi? Fakta dilapangan memang meyakinkan bahwa terdapat ribuan orang dari provinsi Irian Jaya masuk ke wilayah territorial Republik Papua Nugini.
    Oleh sebab itulah orang-orang Papua Nugini  boleh jadi dan cukup beralasan untuk berprasangka yang
bukan-bukan. Bahkan bias jadi ribuan pelintas batas dari provinsi Irian Jaya itu ditafsirkan sebagai awal dari gerakan ekspansi Republik Indonesia ke wilayah territorial Republik Papua Nugini, karena mereka termakan issu ekspansi Indonesia.
    Berdasarkan pengusutan dan penelitian dengan seksama, jelas-jelas diketahui ada ribuan warga Negara Indonesia yang melintasi tapal batas Indonesia -Papua Nugini, masuk ke wilayah Papua Nugini. Akibatnya premarital Papua Nugini cukup repot untuk memberi makan minum, obat-obatan dan harus menyediakan tempat-tempat penampungan. Pendek kata, Pemerintah Papua Nugini telah mengeluarkan biaya cukup besar.
    Dimana ternyata terdapat perusuh dan embanking terhadap pemerintah Indonesia, selebihnya mereka terpaksa melintasi perbatasan karena hasutan dan ancaman dari kaum perusuh.

1. Sebab-sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi:

a. Latar belakang sejarah
b. Latar belakang perkembangan sosio-kultural dan situasional
c. Bersumber dari faktor kepribadian
d. Berlatar belakang dari perbedaan katakana, kepercayaan dan agama

2. Daya Upaya untuk Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi:

a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
b. Perluasan kesempatan belajar
c. Sikap terbuka dan sikap lapang

B. Etnosentrisme
    Etnosentrisme yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Akibat dari etnosentrisme penampilan yang ethnocentric, dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih ungula dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.