Pengertian :
Baiklah, saya akan menjelaskan
mengenai gangguan identitas disosiatif atau yang biasa disebut gangguan
kepribadian majemuk. Gangguan jiwa ini terjadi dimana penderita merasa seperti
tidak berada di dunia nyata, mereka merasa di ambang antara kenyataan dan
ilusi. Penderita sering mengamati dirinya sendiri seolah tidak berada dalam
tubuhnya, namun seolah sedang menonton dirinya sendiri dan menganggap
dirinya sebagai orang yang asing atau tidak nyata. Dan penderita sering
mendengar suara-suara aneh dikepalanya (mirip dengan gejala skizofrenia)
dimana beberapa kepribadian berusaha mendorongnya untuk melakukan bunuh diri.
Penderita sering melupakan hal-hal yang penting melebihi kewajaran, itu
disebabkan karena mereka memiliki 2 kepribadian atau lebih yang berbeda.
Kepribadian yang lain akan menguasai tubuh si penderita ketika kepribadian asli
si penderita tidak mampu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Misalkan seorang penderita sedang menghadapi soal-soal matematika dan tidak
dapat menyelesaikannya. Maka akan muncul kepribadian yang dapat menyelesaikan
soal-soal tersebut (dimana kepribadian tersebut mempunyai kemampuan berhitung).
Dan jika ada masalah lain yang tidak mampu dihadapi oleh kepribadian asli dan
kepribadian yang mampu berhitung, maka akan muncul kepribadian lain yang dapat
mengatasi masalah baru tersebut. Begitu seterusnya hingga terdapat banyak
kepribadian di dalam diri si penderita. Sehingga kepribadian
penderita berubah tergantung dari masalah yang sedang dihadapi. Begitu
juga dengan gambaran dirinya, berfluktuasi sesuai kehadiran setiap
kepribadian. Masing-masing kepribadian muncul
dengan ingatan sendiri, kepercayaan,
perilaku, pola pikir, serta cara melihat lingkungan dan diri mereka
sendiri. Setidaknya dua kepribadian ini secara berulang memegang kendali
penuh atas tubuh si individu.
Penderita dapat sering lupa akan hal-hal penting dikarenakan kepribadian lain
yang sedang berada di dalam dirinya sedang menguasai tubuhnya pada saat itu.
Penderita kerap kali mengalami kehilangan waktu, dimana kadang-kadang
mereka menemukan sesuatu yang tidak diketahuinya, ataupun tersadar disuatu
tempat yang tidak dikenal, sementara mereka tidak sadar kapan pergi ketempat
itu. Biasanya kepribadian asli tidak sadar akan keberadaan kepribadian lain,
dan tidak sadar ketika kepribadian lain yang mengambil kontrol tubuh.
Sedangkan kepribadian lain mengetahui adanya keberadaan kepribadian asli.
Gangguan identitas disosiatif dapat terjadi karena trauma parah pada masa
anak-anak, dimana penderita sering mengalami pelecehan
seksual pada masa kecil yang berulang, kurangnya
orang yang melindungi ataupun menghibur dari pengalaman buruk yang dialami,
pengaruh dari anggota keluarga lain yang memiliki gangguan
psikologis, dan juga kemampuan untuk memisahkan diri dengan
mudah yang merupakan bawaan lahir.
Penyebab utama gangguan identitas disosiatif sebenarnya
adalah trauma berkepanjangan yang dialami pada masa kanak-kanak. Trauma
tersebut terbentuk akibat beragam penyiksaan dan pelecehan, seperti: penyiksaan
dan pelecehan seksual, kekerasan fisik, kekerasan secara psikologis, dan juga
ritual-ritual aneh yang menyakiti sang korban (Satanic Ritual Abuse).
Pengobatan:
Beberapa gejala
gangguan identitas disosiatif mungkin akan muncul dan hilang secara fluktuatif,
namun gangguannya sendiri akan terus ada. Pengobatan untuk gangguan ini
terutama terdiri dari psikoterapi dan hipnosis.
Terapis berupaya
mengungkap dan menemukan semua kepribadian yang terdapat dalam diri penderita
dengan proses hipnosis. Pada saat terhipnosis dan individu masuk ke dalam
kondisi ambang, terapis dapat memanggil/ bertemu dengan kepribadian-kepribadian
lainnya. Memahami peran dan fungsi masing-masing kepribadian. Terapis
akan berusaha untuk membangun hubungan yang baik dan efektif dengan setiap
kepribadian dan berusaha untuk menjadi sosok yang dapat dipercaya dan
memberikan perlindungan. Setelah mengetahui, memahami, dan memiliki
hubungan yang baik dengan setiap kepribadian, proses selanjutnya adalah membuat
kepribadian aslinya untuk bisa menerima dan membuka diri kepada kepribadian
lainnya.
Lazimnya tujuan akhir
terapi adalah untuk mengintegrasikan suatu kepribadian dimana hal ini berhasil
untuk kasus Sybil dan Karen. Prosesnya berlangsung dengan
menghipnosis individu untuk bisa menerima dan bersatu kembali dengan
kepribadian lainnya.Proses ini tidak berjalan dengan mudah, karena setelah
penyatuan tersebut individu biasanya akan merasakan kembali hal-hal yang
dialami kepribadian lainnya, seperti pengalaman disakiti, dilecehkan, dan juga
percobaan bunuh diri. Kembalinya ingatan tersebut membuat masalah baru
bagi individu, dan membutuhkan penanganan lainnya. Namun, hal ini tidak
berhasil untuk beberapa kasus. Banyak kasus berakhir tanpa
penyembuhan. Obat-obatan medis seperti anti-depresan dan anti-psikotik juga
kadang-kadang digunakan, untuk mengendalikan pikiran dan perasaan individu agar
tetap pada kondisi normal.
Prognosis
:
Prognosis individu
dengan gangguan identitas disosiatif tergantung pada gejala dan fitur yang
mereka alami. Misalnya, orang yang memiliki tambahan gangguan kesehatan mental
yang serius, seperti gangguan kepribadian, gangguan perasaan, gangguan makan, dan gangguan
penyalahgunaan zat, memiliki prognosis yang lebih
buruk. Sayangnya memang tidak ada penelitian sistematis jangka panjang
yang menelitinya. Beberapa ahli percaya bahwa prognosis pemulihan sangat
baik untuk anak-anak. Meskipun pengobatan membutuhkan beberapa tahun,
sering pada akhirnya efektif. Walaupun dikembalikan lagi pada faktor
pasien dan terapisnya. Secara umum memang diketahui bahwa semakin baik
pengobatan, maka semakin baik juga prognosisnya. Pasien mungkin mengalami
gangguan dari gejala-gejalanya saat memasuki usia empat puluhan. Stres
atau penyalah-gunaan zat juga berperan penting dalam kambuhnya simtom-simtom
gangguan ini.
Referensi:
1. Santrock, J. W. (2007). Child Development. New York: McGraw-Hill.
2. Nevid.,
Greene., Beverly., Rathus. (2005) Psikologi Abnormal (5th ed). (Tim Fakultas
Psikologi UI, trans). Jakarta: Erlangga.
11. Schreiber, F. R. (2001).
Sybil (Sarlito W, trans). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
12. Baer, R. (2008)
Menyingkap Karen (Berliana M., trans). Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
(Original Work Published 2007)
13. Keyes, D. (2005). 24
Wajah Billy. (Mariasti, trans). Bandung: Qanita
15. Lahey, B. B.
(2007). Psychology: An introduction (9th ed). New York: Mc Graw-Hill
16. Lindzey, G. Hall, C.S.
(1957). Introduction To Theory of Personality (1st ed)
0 komentar:
Posting Komentar